Cari Blog Ini

Selasa, 02 Januari 2018

PENGARUH TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT PROVINSI INDONESIA TAHUN 2015

       I.            Uji Regresi Berganda
Hasil Uji Regresi Linear Berganda tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.

B
Std. Error
Beta

1
(Constant)
86.288
2.311

37.332
.000

X1
- .275
.220
- .211
-1.247
.222

X2
-1.186
.728
- .276
-1.629
.113








a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Output SPSS Versi 22.0

Berdasarkan tabel diatas hasil Uji Regresi Linear Berganda diperoleh persamaan regresi variabel Kemiskinan (X1), Pengangguran (X2) dan Daya Beli (Y) adalah sebagai berikut:

Daya Beli = 86,288 – 0,275 X1 – 1,186 X2 + e

 
 



Penjelasan:
a.       Nilai konstanta (α) sebesar 86,288  menyatakan bahwa Daya Beli mempunyai nilai sebesar 86,288 jika variabel-variabel independen dianggap konstan (nilainya tetap). Jika tingkat kemiskinan dan pengangguran sama dengan nol, maka nilai daya beli sebesar 86,288. Artinya jika tidak terdapat kedua variabel tersebut, maka daya beli masyarakat Indonesia sebesar 86,288 yang dihasilkan oleh variabel independen lain seperti tingkat inflasi,  investasi atau variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

b.      Tingkat Kemiskinan  (X1) berimplikasi negatif sebesar -0,275. Hal tersebut menunjukkan jika terjadi penurunan 1 satuan pada variabel pengangguran terhadap daya beli masyarakat. Artinya bahwa setiap kenaikan 1 satuan pengangguran, maka daya beli akan mengalami penurunan sebesar 27,5% dengan asumsi variabel lainnya konstan. . Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara tingkat pengangguran dengan daya beli masyar,akat semakin rendah tingkat pengangguran yang dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah, kurangnya pengalaman dalam bekerja, sedikitnya lapangan pekerjaan, maka semakin banyak pengangguran di Indonesia. Hal ini akan semakin memperkecil tingkat daya beli masyarakat.

c.       Tingkat Pengangguran (X2) berimplikasi negatif sebesar -1,186. Hal tersebut menunjukkan jika terjadi penurunan 1 satuan pada variable kemiskinan terhadap daya beli. Artinya bahwa setiap penurunan 1 kali tingkat kemiskinan, maka daya beli akan mengalami penurunan sebesar -1,186 dengan asumsi variabel lainnya konstan. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara tingkat kemiskinan dengan daya beli masyarakat, semakin rendah tingkat kemiskinan yang dipengaruhi oleh distribusi yang tidak merata, kurangnya perhatian dari pemerintah, tingkat pendidikan yang rendah, tingginya tingkat pengangguran dan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini akan semakin memperkecil tingkat daya beli masyarakat.


    II.            Uji Parsial (Uji T)
Hasil Uji Parsial  tersaji pada tabel berikut ini:

  Tabel Hasil Uji Parsial

Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.

B
Std. Error
Beta

1
(Constant)
86.288
2.311

37.332
.000

X1
- .275
.220
- .211
-1.247
.222

X2
-1.186
.728
- .276
-1.629
.113








a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Output SPSS Versi 22.0

Hasil uji Parsial didapatkan dengan melakukan Uji T, dimana tingkat signifikansi T pada setiap variabel independen tidak boleh lebih besar dari  nilai alpha (α), nilai alpha (α) yang digunakan sebagai tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah 0,05. Uji T memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.


H1: Tingkat kemiskinan berpengaruh  terhadap daya beli masyarakat.
Pada tabel diatas  menunjukkan hasil uji t untuk tingkat kemiskinan (X1) nilai T-hitung sebesar 0,197. Menghitung besarnya T-tabel dengan rumus (α/2;n-k-1). Jadi T-tabel = t(0,05/2);(34-3-1) = 0,025;30 sehingga nilai T-tabel yaitu 2,042. Jadi nilai T-hitung lebih kecil dari T-tabel (-1,247 < 2,042), sedangkan dengan kolom Sig terdapat nilai 0,222. Nilai Sig lebih besar dari nilai probabilitasnya 0,05 atau nilai 0,222 > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap daya beli masyarakat.

H2 : Tingkat pengangguran berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Pada tabel diatas  menunjukkan hasil uji t untuk tingkat pengangguran (X2) nilai T-hitung sebesar -1,629. Menghitung besarnya T-tabel dengan rumus (α/2;n-k-1). Jadi T-tabel = t(0,05/2);(34-3-1) = 0,025;30 sehingga nilai T-tabel yaitu 2,042. Jadi nilai T-hitung lebih kecil dari T-tabel (-1,629 < 2,201), sedangkan dengan kolom Sig terdapat nilai 0,113. Nilai Sig lebih besar dari nilai probabilitasnya 0,05 atau nilai 0,113 > 0,05, maka Ho diterima dan H2 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran tidak memiliki pengaruh terhadap daya beli masyarakat.

III. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Hasil Uji Simultan tersaji pada tabel berikut ini:

Tabel Hasil Uji Simultan

ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
30.445
2
15.222
2.570
.093b
Residual
183.630
31
5.924


Total
214.075
33



a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Sumber: Hasil Output SPSS Versi 22

Hasil Uji Simultan didapatkan melalui Uji F, dimana tingkat signifikansi F tidak dapat melebihi dari 0,05. Uji F dilakukan untuk menentukan apakah semua variabel independen yang termasuk ke dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F sebesar 2,570 dan nilai signifikansi sebesar 0,093. Karena F hitung (2,570) < F tabel (3,29) dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,093 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel penggangguran dan kemiskinan secara bersama-sama terhadap variabel daya beli.

Nama : Ayu Suryani Ambarwati
Npm : 21214895
Kelas : 4EB12
Matkul : Etika Profesi Akuntansi
Dosen : Ratih Juwita

Jumat, 03 November 2017

DATA TINGKAT KEMISKINAN MENURUT PROVINSI 2015

Nama               : Ayu Suryani
NPM               : 21214895
Kelas               : 4eb12
Mata Kuliah    : Etika Profesi Akuntansi
Dosen              : Ratih Juwita

Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi Tahun 2015

Provinsi
perkotaan
pedesaan
2015
2015
Semester 1 (Maret)
Semester 2 (September)
Semester 1 (Maret)
Semester 2 (September)
KALIMANTAN TIMUR
           485.887
         504.551
           452.999
        476.614
KALIMANTAN UTARA
           489.129
         505.262
           458.490
        477.645
SULAWESI UTARA
           290.820
         302.378
           299.177
        311.068
SULAWESI TENGAH
           358.399
         376.496
           331.855
        353.080
SULAWESI SELATAN
           262.163
         274.140
           240.175
        254.524
SULAWESI TENGGARA
           269.703
         282.230
           252.636
        264.371
GORONTALO
           263.288
         274.581
           263.846
        275.163